Demokrat Pertanyakan Siapa Penanggung Kerugian Whoosh

Demokrat Pertanyakan Siapa Penanggung Kerugian Whoosh

A Fast Buy Demokrat Pertanyakan Siapa Penanggung Kerugian Whoosh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, menyoroti persoalan kerugian besar yang dialami proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh. Ia menilai pemerintah harus menjelaskan secara terbuka siapa pihak yang akan menanggung beban finansial proyek bernilai triliunan rupiah itu.

Dalam keterangannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2025), Herman menyebut total utang proyek Whoosh mencapai USD 7,3 miliar atau sekitar Rp116 triliun. Ia menegaskan, proyek yang sejak awal diklaim sebagai simbol kemajuan transportasi nasional kini menghadapi tantangan berat akibat kerugian finansial yang membengkak.

Menurutnya, alasan apapun yang digunakan untuk membenarkan proyek ini sudah tak relevan jika hasil akhirnya justru merugi. “Kondisi hari ini adalah rugi. Nah, rugi ini siapa yang akan menalangi?” tegas Herman. Ia menambahkan, pemerintah harus segera memastikan mekanisme penanggungannya agar tidak menimbulkan beban fiskal yang berkepanjangan.

Herman mengakui, keberadaan Whoosh berpotensi memberikan manfaat jangka panjang seperti peningkatan produktivitas dan efisiensi transportasi. Namun, ia tetap mempertanyakan pihak yang bertanggung jawab atas kerugian saat ini. “Kalau memang ini bagian dari investasi sosial negara, tetap harus jelas siapa yang membayar kerugian hari ini,” ujarnya. Ia juga menyebut DPR akan meminta keterangan resmi pemerintah terkait langkah strategis yang akan ditempuh agar kerugian tidak terus berlanjut.

Menanggapi hal itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menggelar rapat terbatas membahas penyelesaian utang proyek Whoosh. Pemerintah, kata Prasetyo, sedang mencari skema terbaik, termasuk kemungkinan memperpanjang masa pinjaman dan meminta kelonggaran waktu pembayaran. Prabowo juga meminta Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, dan CEO Danantara Rosan Roeslani untuk menghitung ulang opsi penyelamatan proyek. Pemerintah menegaskan akan mencari solusi paling rasional agar beban keuangan negara tetap terkendali.

Demokrat Pertanyakan Siapa Penanggung Kerugian Whoosh Demokrat Pertanyakan Siapa Penanggung Kerugian Proyek Kereta Cepat Whoosh

Liputan6.com, Jakarta – Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Herman Khaeron menyoroti kerugian besar yang dialami proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh. Ia meminta pemerintah menjelaskan siapa pihak yang harus menanggung beban kerugian proyek bernilai fantastis tersebut.

Utang proyek Whoosh tercatat mencapai USD 7,3 miliar atau sekitar Rp 116 triliun. Menurut Herman, fase pembangunan dan peluncuran telah berlalu, kini yang menjadi fokus adalah tanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
“Reasoning apa pun untuk terwujudnya ini sudah lewat. Kan kondisi hari ini adalah rugi. Nah, rugi ini siapa yang akan menalangi?” ujar Herman di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Anggota Komisi VI DPR RI itu menegaskan, dirinya sepakat bahwa proyek Whoosh memiliki manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Namun, ia menilai penting untuk memastikan siapa yang harus menanggung kerugian agar tidak menjadi beban berkepanjangan bagi negara.
“Kalau memang ini bagian dari investasi sosial negara, tentu harus dihitung dengan jelas. Siapa yang membayar kerugian hari ini?” tambahnya.

Herman menyebut, pemerintah semestinya turun tangan dalam penyelesaian persoalan tersebut. Ia juga meminta penjelasan resmi dari pihak terkait terkait strategi jangka panjang agar proyek ini tidak terus merugi.
“Tentu nanti kami akan meminta keterangan dan langkah-langkah strategis ke depan supaya ini tidak rugi karena ruginya akan panjang,” tuturnya.

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menggelar rapat terbatas (ratas) untuk membahas penyelesaian utang proyek Whoosh. Pemerintah disebut sedang mencari skema terbaik, termasuk kemungkinan meminta kelonggaran waktu pembayaran utang sebesar Rp 116 triliun.
“Pemerintah sedang mencari skema terbaik, termasuk perhitungan angkanya dan opsi perpanjangan masa pinjaman,” ujar Prasetyo.

Dalam rapat tersebut, Presiden Prabowo menugaskan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dan CEO Danantara Rosan Roeslani untuk menyiapkan berbagai opsi penyelesaian. Pemerintah menargetkan solusi komprehensif agar proyek Whoosh tetap beroperasi optimal tanpa membebani keuangan negara.

baca juga:https://www.liputan6.com/news/read/6200210/sekjen-demokrat-siapa-yang-akan-talangi-kerugian-whoosh?page=2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *